Didukung Maju untuk Pilgub 2024, Akankah Gibran Menciptakan Dinasti Politik?

FISCRIBBLES.com, Jakarta – Makan besar makan malam Gibran Rakabuming dengan Prabowo Subianto di Loji dambakan, Solo, Selasa 24 Januari 2023 lalu aktif hangat. Tuan rumah Gibran, menghidangkan beberapa menu. Di antara lain Mi Godhog, nasi goreng, bestik lidah, sate ayam, dan wedang ronde.

Selagi untuk menu tengkleng yang rata-rata tersuguh saat suguhan makan dengan para figur, untuk kali ini tidak dijamuan.

Dalam persamuhan itu, penanggung jawab Kota Solo dan Menteri Pertahanan mengobrol dengan relaks dan mengalir. Mereka membahas bermacam hal, terhitung perihal probabilitas Gibran untuk naik golongan maju dalam Pilgub 2024.

Prabowo mencurahkan, dirinya akan melambuk putra tertua kepala negara Joko Widodo untuk menjejaki Pilgub 2024. Dia memperkirakan Gibran berkesempatan besar untuk berkompetisi di Pilgub DKI Jakarta atau Jawa Tengah. “Dua-duanya ia sesuai. Dua-duanya tentu sukses,” tutur mantan Danjen Kopassus itu.

Sokongan Prabowo terhadap Gibran untuk maju di Pilgub 2024 bukan hal baru bagi Gerindra. Lantaran pada Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu, Gerindra dan PDIP mengangkat Jokowi-Basuki Tjahaja badar untuk maju dan sukses menang.

“Dengan cara historical, bukankah Pak Prabowo juga menunjang Pak Jokowi selagi menjadi Gubernur DKI. Jadi sikap komunikasi politik yang dilafalkan Prabowo itu, sebagai klise sejarah dengan menunjang Gibran,” tutur ahli Komunikasi Politik Emrus Sihombing terhadap FISCRIBBLES.com, Kamis (26/1/2023).

Sementara itu dari sisi politik, dia memperbanyak, Prabowo ingin memberikan weling positif terhadap keluarga Jokowi. Sokongan dari Partai Gerindra yang masuk tiga besar nasional, dinilainya akan memberikan dampak kokoh dalam pencadangan Gibran di pertarungan Pilgub 2024.

“Prabowo kan sedang pembantu kepala negara. Gimana pun tentu dia akan menghumbalang weling-pesan komunikasi politik yang in line dengan kemauan keluarga Pak Jokowi,” tutur dia.

Kecuali itu, sokongan ini juga tak leluasa dari rencana politik Prabowo Subianto dalam menyongsong Pilpres 2024. Emrus memperkirakan kepala lumrah Partai Gerindra ini ingin mendekatkan diri dengan asal muasal resistensi politik, yang salah satunya Jokowi.

“Dan Pak Jokowi sampai tertentu kepala negara dan Pilkada kan sedang menjadi kepala negara. Selagi itu Prabowo bercita-cita ada rencana ingin jadi calon kepala negara. Prabowo yang akan maju menjadi kepala negara macam apapun pesan komunikasi politiknya wajib berhenti ke Pak Joko Widodo. Salah satu di antara lain menunjang Gibran,” ucap dia.

“Senang tidak senang, kenyataan politik Pak Joko Widodo sedang di posisi pusat kuasa, sedang di posisi king maker, di dalam suasana politik kita menjelang pemilu. Sebab itu, Prabowo menuturkan itu tidak leluasa dari pada motif-motif politik ia akan menjadi calon kepala negara,” dia memperbanyak.

Pemikiran yang sama dituturkan Pengamat politik dari Universitas angkatan laut (AL) Azhar Indonesia, Ujang Komarudin. Dia mencurahkan, pemberitahuan Prabowo  Gibran bukan lah sebagai tanda untuk menjalakan konfederasi di Pilgub 2024. Ia mengamati tahap Prabowo itu untuk mencari kepedulian Jokowi.

“Sebab Prabowo mengerti Jokowi pada 14 Februari 2024, selagi Pilpres dilaksanakan, dia sedang pegang kontrol, sedang jadi kepala negara. Maka paling tidak memerlukan berkat dan sokongan Jokowi itu. Dan kita tahu, sampai saat ini kan Jokowi sedang ke kompensasi, gara-gara itu sokongan Prabowo ke Gibran itu bukan objek yang free, tetapi arahnya ke sana. Prabowo juga memerlukan sokongan Jokowi, gara-gara dia mengerti siapa yang disupport oleh kepala negara, penguasa memiliki kemampuan yang besar untuk menang,” tutur dia terhadap FISCRIBBLES.com, Kamis (26/1/2023).

Dia menceritakan, Gibran menjadi wujud penting bagi golongan para penguasa negeri. Kota Solo juga dinilainya menjadi tempat bagi para capres atau cawapres untuk mengambil hati Jokowi.

“Seluruhnya menteri sering datang ke Gibran. seluruhnya acara besar ada di Solo. Itu dalam kerangka itu. Dan seluruh capres cawapres kan berharap berkat kepala negara Jokowi, gara-gara bagaimana pun kepala negara memiliki kontrol atas infrastruktur negeri. Ya di situlah salah satu cara Prabowo, ikhtiar Ikhtiar mengambil hati Jokowi,” tutur dia.

Ujang memperkirakan wujud Gibran telah dirancang untuk berkelahi di Pilkada 2024. Jawa Tengah menjadi wilayah yang berkemampuan menang bagi Gibran.

“Gibran benar telah dirancang, esok kiranya. Bobby ke Sumut, Gibran sanggup di Jateng dan DKI. Jika di Jateng itu staminanya ringkas, tetapi bila di DKI Jakarta maka banyak menghabiskan energi gara-gara persaingannya sesak. Jika Kaesang telah  siap barangkali menukar Gibran ke Walikota Solo,” tutur dia.

“Jika Gibran menang mudah di Jateng, gara-gara alas PDIP, dan memiliki potensi. Jika di Jakarta persaingannya keras meski menang barangkali wajib bertindak keras,” Ujang memastikan.

Kepala setiap hari DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad mencurahkan, sebagai salah satu pengusung pada kontestasi di Pilwakot Solo, Partai Gerindra pastinya terhitung ikut yang akan menunjang kalau Gibran bersedia maju ke Pilgub. Namun begitu, hal itu menunggu ketetapan dari PDIP, partai tempat Gibran bersembunyi.

“Tetapi kan kita sama-sama tahu kalau mas Gibran akan mengerjakan dialog dulu ke kepala lumrah PDIP dan tetap kita akan meminta hasilnya,” tutur dia di bangunan DPR/MPR, Rabu 25 Januari 2023.

Dia pun tidak ingin mengandai-andai untuk mengijabkan Gibran dengan bakal Gerindra, Riza Patria. Peraturan itu akan diputuskan sehabis Gerindra membincangkannya dengan partai konfederasi.

“Hal ketetapan hal siapa yang akan mendampingi misalnya, itu kan akan diputuskan dengan partai-patai konfederasi, saya rasa kan seperti itu,” tutur dia.

Dasco memohon rakyat untuk tidak berbantahan terpaut terdapatnya perkiraan wangsa politik Jokowi. Lantaran baginya, putra kepala negara itu belum diketahui akan dimana pekerjaan politiknya berhenti.

“Ya kan kita belum tahu berkecimpung di politiknya bersedia maju apa. Kita juga tidak boleh dibiasakan belum2 telah berbantahan sedangkan kita enggak tahu namanya melompat ke politik itu sanggup masuk partai politik sanggup langsung ikut pileg ikut pilkada itu kan pantas dengsn konstitusional. Tetapi menurut saya kita tidak boleh berbantahan gara-gara kita belum tahu bersedia berkecimpung dimana kan seperti itu,” tutur dia.

Kepala unit Politik dan transformasi Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mencurahkan, asal muasal rekrutmen politik yang terkilat benar datang dari wangsa politik. Sebab selaku normal memiliki akses yang besar terhadap golongan atas, ataupun mereka menjadi golongan atas utama partai kayak bercokol sebagai arahan partai, kepala wilayah, maka cepat tekniknya.

“Memiliki akses yang besar, gara-gara memiliki pangkat politik, tidak hanya itu juga memiliki akses yang besar pada financial resourcess, akses keuangannya banyak. Akibatnya dia mempermudah untuk dicalonkan,” tutur dia terhadap FISCRIBBLES.com, Kamis (26/1/2023).

Dengan seperti itu, tutur dia, wangsa politik ini akan memotong meritokrasi ataupun kaderisasi di partai. Tetapi pada sisi lain, partai politik juga ingin mencalonkan wangsa politik.

“Ini bimbang. sebab partai merasa kansnya untuk menang lebih tinggi. Itu yang pertama. Yang kedua partai merasa tidak mesti repot untuk mencari asal muasal pendanaan, gara-gara bagian dari wangsa politik itu telah memiliki akses pendanaan dan beken,” tutur dia.

“Skandal Gibran ia diuntungkan gara-gara pertama untuk Solo, Pak Jokowi di sana dua periode. Setelah itu dilanjutkan Gibran.Kemudian dilanjutkan Kaesang. Jadi benar itu tetap orang telah mengenali. Dan PDIP di sana juga sungguh kuat,” dia memperbanyak.

Bagi Arya, wangsa politik benar menjadi isyarat dan kecenderungannya muncul pada sebagian pemilu ataupun Pilkada terakhir. Pertanda itu menguat gara-gara kader-kader potensial di partai politik sulit untuk tumbuh gara-gara anggaran politik yang mahal.

“Bayangkan untuk maju kepala wilayah, dia wajib mencawiskan asal muasal pendanaan yang besar. Selagi wangsa politik diuntungkan gara-gara memiliki akses politik dan finansial. Yang kedua partai lebih menyortir jalan pintas untuk menunjang wangsa politik gara-gara memiliki kans menang, kendatipun tidak seluruh wangsa politik itu menang ya. Tetapi banyak juga yang menang,” tutur Arya.

Ia menekankan, dampak dari terdapatnya wangsa politik adalah partai tidak lagi melindungi meritokrasi. Imbasnya orang tidak lagi berperhatian untuk masuk partai politik.

“Keahlian partai akan menyusut. sebab orang akan berpendapat lebih-lebih anak anak muda, mengapa mereka capek-capek jadi kader partai bila proses pencadangan mereka dipotong oleh wangsa politik ataupun dari orang yang memiliki dana. Alhasil orang berat kaki masuk partai.”

admin

Kembali ke atas